Minggu, 04 November 2018

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Number Head Together Pada Pembelajaran IPA

BAB I
PENDAHULUAN

    A.   Latar Belakang Masalah
Penyelenggraaan pendidikan dewasa ini selalu berusaha untuk meningkatkan kualitasnya, terutama kualitas  proses pembelajaran yang kondusif. Kondusif dalam arti pelaksanaannya harus di upayakan dengan kondisi pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif. Kondisi pembelajaran yang kondusif akan berpengaruh terhadap keberhasilan suatu proses pembelajaran dan hasil belajar siswa termasuk Sekolah Dasar. Keberhasilan proses dan hasil belajar siswa di SD dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Suherman, U (2000:50). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar banyak sekali, bisa berupa alat pengakaran, guru, interaksi belajar, metode dan media pengajaran dan sebagainya”. Peranan guru menjadi salah satu komponen penting dalam keberhasilan proses dan hasil pembelajaran.
Guru sepatutnya mampu meningkatkan motivasi serta aktivitas dan kerjasama siswa dalam belajar sehingga tercapai hasil pembelajaran seoptimal mungkin. “ Motivasi tentu sangat diperlukan dalam proses belajar, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivias belajar” (Fathurohman, P dan Sobry Sutikno, M 2007:19). Selanjutnya menurut Wasty Soemanto, W (2006:213),” Salah satu tugas guru ialah memotivasi siswa untuk belajar demi tercapainya tujuan yang diharapkan, serta di dalam proses memperoleh tingkah laku yang diinginkan”. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar terutama aktivitas dan kerja sama siswa dalam belajar adalah misalnya guru menggunakan model pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas belajar siswa, metode pembelajaran yang bervariasi atau melalui pendekatan pembelajaran secara konkret. Dengan pendekatan seperti itu, siswa akan termotivasi dan lebih aktif melakukan proses belajar. Hal tersebut merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan siswa yang mempunyai  semangat untuk belajar seumur hidup, penuh rasa ingin tahu dan keinginan untuk menambah ilmu, meskipun pendidikan formal mereka telah berakhir. Kunci untuk mewujudkan semua itu adalah adanya motivasi yang kuat dan terpelihara dalam diri siswa untuk belajar. (Suciati, et al 2007 : 3.2)
Menurut  Piaget bahwa “Anak pada usia SD, yaitu sekitar usia enam atau tujuh tahun sampai 11 tahun berada pada tahap konkret operasional, yaitu mendasari pemikirannya berdasarkan pada yang konkret atau nyata”. Kaitan dengan hal tersebut, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada anak di SD harus diupayakan adanya suatu pembuktian secara konkret. 
Anak usia SD hanya mampu berhubungan dengan hal-hal yang nyata   (konkret) atau dengan hal-hal yang dapat mereka bayangkan. Kenyataan inilah yang melahirkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar dikaitkan dengan konsep-konsep yang nyata atau konkret, dapat dilihat, diraba atau dirasa,  dari suatu benda atau kejadian (Ira Adriana, S  2007 : 42)

Untuk itu, guru dapat menunjukkan atau memeragakan kegiatan dan keterampilan fisiknya dalam pembelajaran, sehingga memperjelas pengertian konsep siswa secara konkret dan memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap penting. Dengan demikian, siswa akan termotivasi memberikan perhatian khusus kepada apa yang disajikan guru dalam pembelajaran. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengangkat masalah yang menyangkut faktor keberhasilan proses belajar mengajar yang kondusif dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD, serta berdasarkan hasil observasi yang penulis temukan pada siswa kelas IV 

0 komentar:

Posting Komentar