BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggraaan
pendidikan dewasa ini selalu berusaha untuk meningkatkan kualitasnya, terutama
kualitas proses pembelajaran yang
kondusif. Kondusif dalam arti pelaksanaannya harus di upayakan dengan kondisi pembelajaran
yang aktif, kreatif dan inovatif. Kondisi pembelajaran yang kondusif akan
berpengaruh terhadap keberhasilan suatu proses pembelajaran dan hasil belajar
siswa termasuk Sekolah Dasar. Keberhasilan proses dan hasil belajar siswa di SD
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Suherman, U (2000:50). Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar banyak sekali, bisa berupa alat
pengakaran, guru, interaksi belajar, metode dan media pengajaran dan
sebagainya”. Peranan guru menjadi salah satu komponen penting dalam
keberhasilan proses dan hasil pembelajaran.
Guru
sepatutnya mampu meningkatkan motivasi serta aktivitas dan kerjasama siswa
dalam belajar sehingga tercapai hasil pembelajaran seoptimal mungkin. “
Motivasi tentu sangat diperlukan dalam proses belajar, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivias
belajar” (Fathurohman, P dan Sobry Sutikno, M 2007:19). Selanjutnya menurut
Wasty Soemanto, W (2006:213),” Salah satu tugas guru ialah memotivasi siswa
untuk belajar demi tercapainya tujuan yang diharapkan, serta di dalam proses memperoleh tingkah laku yang
diinginkan”. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar terutama
aktivitas dan kerja sama siswa dalam belajar adalah misalnya guru menggunakan
model pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas belajar siswa, metode
pembelajaran yang bervariasi atau melalui pendekatan pembelajaran secara
konkret. Dengan pendekatan seperti itu, siswa akan termotivasi dan lebih aktif
melakukan proses belajar. Hal tersebut merupakan salah satu upaya dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu tujuan pendidikan adalah
menghasilkan siswa yang mempunyai
semangat untuk belajar seumur hidup, penuh rasa ingin tahu dan keinginan
untuk menambah ilmu, meskipun pendidikan formal mereka telah berakhir. Kunci
untuk mewujudkan semua itu adalah adanya motivasi yang kuat dan terpelihara
dalam diri siswa untuk belajar. (Suciati, et
al 2007 : 3.2)
Menurut Piaget bahwa “Anak pada usia SD, yaitu sekitar
usia enam atau tujuh tahun sampai 11 tahun berada pada tahap konkret
operasional, yaitu mendasari pemikirannya berdasarkan pada yang konkret atau
nyata”. Kaitan dengan hal tersebut, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada anak di SD harus
diupayakan adanya suatu pembuktian secara konkret.
Anak usia SD hanya mampu berhubungan dengan hal-hal yang
nyata (konkret) atau dengan hal-hal
yang dapat mereka bayangkan. Kenyataan inilah yang melahirkan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) agar dikaitkan dengan konsep-konsep yang nyata atau
konkret, dapat dilihat, diraba atau dirasa, dari suatu benda atau kejadian (Ira Adriana, S
2007 : 42)
Untuk itu, guru dapat menunjukkan atau memeragakan
kegiatan dan keterampilan fisiknya dalam pembelajaran, sehingga memperjelas
pengertian konsep siswa secara konkret dan memudahkan pemusatan perhatian siswa
kepada hal-hal yang dianggap penting. Dengan demikian, siswa akan termotivasi memberikan
perhatian khusus kepada apa yang disajikan guru dalam pembelajaran. Hal
tersebut dimaksudkan agar dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman
konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di
atas, peneliti mengangkat masalah yang menyangkut faktor keberhasilan proses
belajar mengajar yang kondusif dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam di SD, serta berdasarkan hasil observasi yang penulis temukan pada
siswa kelas IV
0 komentar:
Posting Komentar