This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 30 November 2018

Teori belajar kecerdasan ganda menurut para ahli

A. Pengertian Kecerdasan Ganda

Pada dasarnya setiap orang mempunyai tingkan intelktual yang berbeda-beda, dan mempunyai kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannyapun berbeda-beda. Menurut Prof. Robert menyatakan bahwa, hasil penelitian tentang potensi otak dan sifat-sifat fisiknya, ia menemukan bahwa otak manusia memiliki kemampuan yang jauh lebih besar daripada yang kita bayangkan. Otak manusia terdiri dari dua belahan, yaitu belahan otak kanan yang menangani aktivitas-aktivitas yang mencakup imajinasi, warna, music, irama/ritme, melamun dan aktivitas-aktivitas lain yang sejenis. Sedangkan belahan otak kiri mengendalikan aktivitas-aktivitas mental mencakup matematika, Bahasa, logika, analisis, menulis, dan aktivitas-aktivitas lainnya yang sejenis.
Teori belajar kecerdasan ganda menurut para ahli
Howard Gardner (1983) mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tujuh jenis kecerdasan dasar yaitu : Kecerdasan bahasa, Kecerdasan matematis logis, Kecerdasan spasial, Kecerdasan kinestetis jasmani, Kecerdasan musical, Kecerdasan interpersonal, Kecerdasan  intrapersonal. Terakhir, Gardner menambahkan satu kecerdasan lagi yaitu kecerdasan naturalis.

Jadi kesimpulan dari kedua pendapata diatas kecerdasan ganda adalah  kemampuan seseorang untuk memecahkan suatu permasalah, mencari solusi sesuai konteksnya atau menciptakan suatu produk yang bernilai baru dalam satu latar budaya tertentu.

Sesorang dikatakan cerdas apabila dia mampu menyelesaikan pemsalahan atau persoalan dalam kehidupannya, sehingga dapat menemukan solusi atau produk yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.

B. Jenis-Jenis Kecerdasan Ganda

Berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Howard Gardner jenis kecerdasar/intelegensi ada 8 yaitu:
Teori belajar kecerdasan ganda menurut para ahli

1. Kecerdasan bahasa/verbal
kecerdasan bahasa/verbal adalah kemampuan sesorang untuk berpikir dengan kata-kata, misalnya kemampuan untuk memahami dan merangkai kata dan kalimat dengan bai secara lisan maupun tulisan. Karakteristik kecerdasan bahasa/verbal diantaranya, senang membaca buku, senang berkomunikasi, berbcara, berdialog, berdiskusi, pandai merangkai kata-kata atau kalimat dengan sangat baik secara lisan maupun tulisan.

2. Kecerdasan Logika/Matematik
kemampuan logika/matematika adalah kemampuan untuk menelaah masalah secara logis, ilmiah, dan matematis dalam penalaran atau menghitung. Karakteristik kecerdasan logika/matematik biasanya menunjukan, senang bereksperimen, bertanya atau merangkai teka-teki, pandai berhitung dan bermain angka, mampu berfikir logis baik induktif maupun deduktif.

3. Kecerdasan Visual Spasial/Ruang
Kecerdasan visual merupakan kemampuan berfikir untuk membayangkan bentuk suatu objek kedalam suatu cerita atau gambar. Karakteristik kecerdasan visual biasanya, senang merancang desain grafik, sketsa gambar, peka terhadap suatu warna, pandai menyesuaikan ide, imajinasinya aktif dan mempunai persepsi yang tepat dari berbagai sudut pandang.

4. Kecerdasan Kinestik Tubuh
Kecerdasan kinestetik tubuh merupakan kemampuan seseorang atau individu yang berhubungan dengan gerak tubuh termasuk gerakan motoric otak yang mengendalikan tubuh seperti kemampuan untuk mengendalikan dengan mudah dan cekatan. Karakteristik kecerdasan kinestik tubuh ini adalah, pandai dan aktif dalam olahraga tertentu, senang dan efektif berfikir sambil berjalan, berlari dan berolahraga.

5. Kecerdasan Musikal/Ritmik
Kecerdasan Musikal/Ritmik merupakan kemampuan berfikir mengenai dengan nada, irama, dan melodi suara tertentu. Karakteristik musikal/ritmik ini biasanya, pandai mengubah dan menciptakan musi, senang bernanyayi, pandai menggunakan musik dan ritme tertentu.

6 Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal merupkan kemampuan berfikir mampu memahami diri sendiri, dan dapat melakukan refleksi diri sendiri bermetakugnisi. Karakteristik kecerdasan interapersonal biasanya mampu menilai diri sendiri atau intropeksi diri dan dapat merencanakan tujuan, menyusun cita-citanya dengan jelas.

7. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan sesorang untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sosial tertentu. Karakteristik kecerdasan interpersonal ini biasanya, dapat atau mampu berorganisasi dan mampu menjadi pimpinan suatu organisasi, mampu bersosialisasi, menjadi moderator dan pandai berkerjasama.

8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan sesorang untuk memahami gejala-gejala alam atau lingkungan yang ada disekitarnya. Karakteristik kecerdasan naturalis ini, senang terhadap flora dan fauna, pandai melihat perubahan alam, berkebun dan mampu berinteraki dengan binatang.

C. Metode Untuk Meningkatkan Kecerdasan Ganda

Ada beberapa cara untuk meningkatakan kecerdasan ganda, berikut ini sejumlah cara atau metode dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan– kemampuan individu. Setiap metode digunakan untuk meningkatkan jenis  kecerdasan yang spesifik yaitu:
Teori belajar kecerdasan ganda menurut para ahli
  1. Meningkatkan kecerdasan bahasa dapat dilakukana dengan cara mengadakan permainan merangkai kata, buatlah buku harian atau usahakan untuk menulis tentang apa saja yang ada dalam pikiran setiap harinya sebanyak 250 kata, dan sediakan waktu untuk bercerita secara teratur dengan keluarga atau sahabat.
  2. Cara untuk meningkatkan kecerdasan spasial yaitu  seringlah berlatih permainan gambar tiga dimensi, puzzle, kubus, dan teka-teki visual lainnya, dekorasi ulang interior dan taman rumah, buatlah struktur benda dengan logo, atau bahan mainan tiga dimensi lainnya.
  3. Meningkatkan kecerdasan matematis logis dapat dilakukan dengan cara berlatih menghitung soal-soal matematika sederhana di kepala ( berapa 21 X 40 dalam 5 detik), pelajari cara menggunakan sempoa, sering-seringlah mengisi teka-teki silang/asah otak lainnya.
  4. Kecerdasan musikal dapat dilatih  dengan cara mengunjungi konser atau pertunjukan musik, bernyanyilah di kamar mandi atau di manapun yang memungkinkan untuk bersenandung, luangkan waktu selama satu jam setiap minggu untuk mendengarkan gaya musik yang tidak dikenal akrab (western, jazz, country, world music ,dll).
  5. Meningkatkan kecerdasan kinestetik dapat dilakukan dengan carai bergabung dan berlatih berdsama dengan klub olahraga di lingkungan, pelajarilah kegiatan dansa, kumpulkanlah berbagai  macam benda yang memiliki beragam tekstur dan bentuknya khas, cobalah  kenali benda-benda tersebut dengan mata tertutup.
  6. Cara atau metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal yaitu: belilah kotak kartu nama, penuhi dengan nama kontak bisnis, teman, kenalan, kerabat, dan orang lain, serta tetaplah menjalin hubungan dengan mereka; luangkan waktu selama 15 menit setiap hari untuk mempraktekkan mendengarkan secara aktif dengan pasangan hidup atau sahabat dekat.
  7. Meningkatkan kecerdasan intrapersonal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : pilihlah tokoh favorit yang positif, dan baca serta jadikan mereka sebagai kawan imajinasi dalam memecahkan suatu permasalahan yang membutuhkan waktu pemahaman yang dalam, lakukanlah sesuatu yang menyenangkan diri sekurang-kurangnya sekali sehari, luangkan waktu sekitar sepuluh menit setiap sore hari untuk meninjau kembali secara mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang dialami.
  8. Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan naturalis antara lain  peliharalah hewan favorit, tingkatkan frekuensi melihat acara-acara mengenai program flora dan fauna, (ini yang paling mudah) cobalah untuk menahan dari untuk tidak merusak  lingkungan, seperti mencorat-coret meja, menginjak rumput kantor, memetik bunga yang sedang tumbuh.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulakn bahwa, setiap individu mempunyai tingkatan intelegnsi yang berbeda-beda, dan karakteristik setiap kecerdasan juga berbeda-beda, jadi sekrang tergantung bagaimna cara sesorang atau individu untuk dapat mengembangakan kemampuannya tersebut.
Demikian artikel yang bisa sya bagikan mudah-mudahan bermanfaat bagi anda semua, kritik dan saran sangat saya harapkan untuk dapat mengembangkan artikel selanjutnya. Terimaksih.

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe stad dalam pembelajaran matematika kelas V

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran Matematika Kelas V

BAB II
BAB II
KAJIAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR 
DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.  Kajian Teoritik
1.    Hasil Belajar
a.  Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya,tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Makna yang telah diungkapkan mengenai belajar mempunyai kaitan erat dengan hasil belajar yang menjadi tujuan dari kegiatan belajar itu sendiri seperti yang diungkapkan oleh Hamalik (2001: 155) bahwa hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Hasil belajar ini memiliki arti lain, diungkapkan oleh Sudjana (2009: 22) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Kemampuan-kemampuan hasil belajar yang dimiliki siswa itu adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.
b. Tujuan Hasil Belajar
Tujuan hasil belajar ini diungkapkan oleh Rinerlis (2011:) dan terdapat dalam pedoman penilaian hasil belajar dan kalender pendidikan di sekolah dasar (2011: 5) keduanya mengungkapkan hal yang serupa, yaitu:
1) Tujuan dan fungsi penilaian hasil belajar
a) Tujuan umum
(1) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik,
(2) Memperbaiki proses pembelajaran,
(3) Sebagai bahan penyusun laporan kemajuan belajar siswa.
b) Tujuan khusus
(1) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa,
(2) Mengdiagnosis kesulitan belajar,
(3) Memberikan umpan balik atau perbaikan proses pembelajaran,
(4) Penentuan kenaikan kelas,
(5) Memotivasi siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk usaha perbaikan.
c) Fungsi penilaian hasil belajar
(1) Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikkan kelas,
(2) Umpan balik dalam perbaikkan proses pembelajaran,
(3) Meningkatkan motivasi belajar siswa,
(4) Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.
Tujuan dari hasil belajar itu sendiri yaitu agar setiap siswa dapat mengetahui seberapa jauh mereka dapat menguasai indikator dan kompetensi dari suatu materi sehingga mampu menjadikan motivasi serta alat ukur untuk melanjutkan tahap berikutnya.
c. Prinsip-Prinsip Hasil Belajar
Prinsip-prinsip itu dijelaskan dalam dari hasil belajar itu diungkapkan dalam pedoman penilaian hasil belajar dan Materi Pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (2008: 375) bahwa melaksanakan penilaian hasil belajar perlu adanya prinsip-prinsip penilaian yang dapat menjadikan penilaian tersebut objektif, yaitu:
1) Valid/sahih, menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi.
2) Objektif, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa tanpa melihat perbedaan latar belakang.
3) Transparansi/terbuka, prosedur penilaian, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan.
4) Adil, merata tanpa melihat latar belakang peserta didik.
5) Terpadu, salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari pembelajaran.
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
7) Sistematis, dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8) Akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
9) Beracuan kriteria, didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
Sehingga secara garis besar prinsip-prisnsip hasil belajar yaitu objektifitas, kontinuitas dan komfrehensif agar fungsi dari hasil belajar itu sendiri dapat dirasakan dan dapat dipertanggungjawabkan.
d. Jenis-Jenis Hasil Belajar
Jenis-jenis hasil belajar ini diungkapakan oleh Gagne dalam Sanjaya (2008: 163), mengidentifikasi lima jenis hasil belajar sebagai berikut:
1) Belajar keterampilan intelektual (intelektual skill), yakni belajar diskriminasi, belajar konsep, dan belajar kaidah.
2) Belajar informasi verbal, adalah melalui simbol-simbol tertentu.
3) Belajar mengatur kegiatan intelektual, yakni belajar mengatur kegiatan intelektual berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan keterampilan intelektual.
4) Belajar sikap, yakni belajar menentukan tindakan tertentu.
5) Belajar keterampilan motorik, yakni belajar melakukan gerakan-gerakan tertentu baik gerakan yang sangat sederhana maupun gerakan yang kompleks.
Pendapat ahli lain yaitu Bloom dalam Sudjana (2009: 22), Bloom dalam Purwanto (2010: 43), dan Purwanto (2010: 84) yang mengungkapkan hal yang sama mengenai jenis hasil belajar dengan mengelompokkan hasil belajar menjadi beberapa ranah, yaitu:
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban, atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3) Ranah Psikomotoris
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.Ada enam macam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, keterampilan konseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah diungkapakan oleh para ahli mengenai hasil belajar Kingsley dalam Sudjana (2009: 22) membagi hasil belajar dalam tiga macam kelompok kecil yakni keterampilan dan kebiasaan; pengetahuan dan pengertian; serta sikap dan cita-cita.
Jenis-jenis hasil belajar yang yang diungkapkan para ahli menjelaskan bahwa manusia memiliki ranah-ranah yang dapat diolah dan dikembangkan sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing manusia.


e. Faktor-Faktor Hasil Belajar
Faktor-faktor hasil belajar ini diungkapkan oleh beberapa ahli Slamento (2003: 54) dan Munadi (2010: 24-35) mengungkapkan pendapat yang sama mengenai  faktor hasil belajar bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar siswa. 
Hasil dari suatu proses belajar sangat ditentukan oleh tujuan dan cara belajarnya, apabila tujuannya berbeda maka cara belajar juga harus beda. Oleh karena itu, bahwa belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada, faktor-faktor tersebut yaitu:
1) Faktor kegiatan, penggunaan ulangan; siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan seperti melihat, mendengar, dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat.
2) Belajar memerlukan latihan dengan jalan; relearning, recalling, dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai agar lebih mudah dipahami.
3) Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil mendapatkan kepuasan.
4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya.
5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
6) Pengalaman masa lampau dan pengertian-pengertian yang telah dimilki siswa, besar peranannya dalam proses belajar.
7) Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih behasil.
8) Faktor minat dan usaha.
9) Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. Faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid yang belajar.  
10) Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih mudah mengingat-ingatnya.
Faktor-faktor tersebut yang dijelaskan di atas diperkuat oleh pendapat Arikunto (2010: 2) mengatakan bahwa ada hal-hal yang berpengaruh dan menentukan tinggi rendahnya hasil belajar siswa, yaitu: keadaan fisik dan psikis; kapasitas guru yang mendidik dan membimbing siswa; dan sarana pendidikan.
Faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas merupakan indikator penting agar hasil belajar ini mendapatkan hasil maksimal dan dapat memberikan pengaruh positif terhadap ranah-ranah yang dimiliki setiap siswa untuk selanjutnya dapat dikembangkan oleh setiap siswa.

f. Cara Meningkatkan Hasil Belajar
Cara untuk meningkatkan hasil belajar, yaitu:
1) Menyiapkan fisik dan mental siswa.
2) Meningkatkan konsentrasi
3) Meningkatkan motivasi
4) Menggunakan strategi belajar
5) Belajar sesuai gaya belajar
6) Belajar secara menyeluruh
7) Membiasakan berberbagi
Maka untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa maka harus dapat melibatkan semua unsur dalam proses belajar agar cara yang telah ada dapat dilaksanakan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang di miliki siswa untuk menyelesaikan atau mencapai perubahan aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik melalui proses belajar dan pelaksanaan tes evaluasi.

2.   Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)
a.  Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 3 sampai 5 orang yang bersifat heterogen.
Seperti yang dijelaskan oleh Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pemebelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya empat sampai enam orang dengan struktur kelompok heterogen.
Hal ini diperkuat oleh Cooper dalam Sutardi dan Sudirjo (2007: 58) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerjasama belajar keterampilan kolaboratif dan sosial.
Begitu pula dengan Anita (2009: 37) menyatakan hal serupa dengan pernyataan Cooper dalam Sutardi dan Sudirjo (2007: 58) mengenai pembelajaran kooperatif.
Sejalan dengan pernyataan di atas Davidson dan Warsham dalam Isjoni (2009: 27) menyatakan pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar individu maupun pengalaman kelompok.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Taniredja (2011: 54) mengemukakan bahwa cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesame dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dalam prosesnya siswa bekerja sama dalam belajar atau mengerjakan sesuatu sehingga mampu menyelesaikan sesuatu secara berkelompok.
  
b.  Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
Model Pembelajaran Koperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan Student Team Achievement Divisions (STAD) mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks
Ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif metode Student Team Achievement Divisions (STAD), yaitu:
a. Penyajian Kelas
Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi.
b. Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD karena didalam kelompok harus tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa untuk mencapai kemampuan akademik yang diharapkan. Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk mempersiapkan semua anggota kelompok dalam menghadapi tes individu. Kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok atas, satu siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang. Guru perlu mempertimbangkan agar jangan sampai terjadi pertentangan antar anggota dalam satu kelompok, walaupun ini tidak berarti siswa dapat menentukan sendiri teman sekelompoknya.
c. Tes dan Kuis
Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.
d. Skor peningkatan individual
Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar dapat diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran kooperatif metode Student Team Achievement Divisions (STAD).
e. Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.

c.   Langkah-Langkah Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)
Model pembelajaran kooperatif selain memiliki tipe-tipe, setiap tipe ini juga memiliki sintaks atau langkah-langkah untuk mempermudah seorang pengajar mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar. Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)  ini menurut beberapa ahli (Sukarti, 2007; Lusita, 2011; Suyatno, 2009; Muniarsih, 44; Tampubolon, 2011) sebagai berikut:
1)    Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2)    Guru menyampaikan materi sebagai pengantar.
3)    Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4)    Guru menunjukkan atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan logis.
5)    Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan tersebut.
6)    Dari alasan atau urutan tersebut, guru menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7)    Kesimpulan atau rangkuman.
Terdapat tujuh tahap atau langkah-langkah dari model pembelajaran Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) yang harus dilakukan apabila menerapkan model ini dalam kegiatan pembelajaran.
d.  Kelebihan dan Kekurangan Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)
Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan cooperative learning. Cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
1.    Kelebihan:
1)     Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2)    Melatih berpikir logis dan sistematis.
3)    Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam pratik berpikir.
2.    Kekurangan :
1)    Memakan banyak waktu.
2)    Banyak siswa yang pasif.
3)    Guru khawatir akan terjadi kekacauan dikelas.
4)    Banyak siswa tidak senang apabila disuruh kerjasama dengan yang lain.
a.    Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
Kekurangan dari model ini sudah sepantasnya tidak menjadi hambatan karena seorang guru harus dapat kreatif dan inovatif dalam mengembang suatu model pembelajaran.



Senin, 12 November 2018

Belajar Membaca Evaluasi Pembelajaran

Manajemen Peserta Didik - Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik



yang mau lebih jelas mengenai menejemet peserta didik- evaluasi hasil belajar recomendid ya video Iqbal Syahrijar

baca juga artikel terkait:

Belajar Membaca Evaluasi Pembelajaran

                        Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengukur keberhasilan siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, dalam pelaksanaan pembelajaran dan keberhasulan lulusan seperti yang   dijelaskan oleh Koswara (2008:81) yang menyatakan bahwa tujuan evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa, baik itu keberhasilan dalam proses maupun keberhasilan dalam lulusan (output).
Tujuan dan fungsi diadakannya evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui kesulitan siswa dalam mengikuti belajar dikelas serta menentukan naik atau tidaknya siswa setelah menyelesaikan suatu program pembelajaran tertentu seperti yang dikemukakan oleh Siregar dan Hartini (2010:145) yang menjelaskan tujuan dan fungsi evaluasi hasil belajar yaitu :
evaluasi pembelajaran
1)      Diagnostik, menentukan letak kesulitan-kesulitan dalam belajar, bisa terjadi pada keseluruhan bidang yang dipelajari oleh siswa atau pada bidang-bidang tertentu saja.
2)      Seleksi, menentukan mana calon siswa yang dapat diterima oleh sekolah tertentu dan mana yang tidak dapat diterima. Seleksi dilakukan guna menjaring siswa yang memenuhi syarat tertentu.
3)      Kenaikan kelas, menentukan naik atau lulus tidaknya siswa setelah menyelesaikan suatu program pembelajaran tertentu.
4)      Penempatan, menempatkan siswa sesuai dengan kemampuan atau potensi mereka.
 Salah satu fungsi Evaluasi hasil belajar adalah untuk bahan pertimbangan dalam rangka perbaikan kurikulum dan salah satu alat untuk mengetahui cara mengajar guru sudah tepat pada sasaran atau belum, berikut ini pendapat menurut Fathurrohman,et.al (2011:76) mengenai fungsi evaluasi hasil belajar yaitu untuk :
Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
1)   Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya.
2)  Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar mengajar.
3)      Bahan pertimbangan bagi bimbingan individual peserta didik.
4) Membuat diagnosis mengenaik kelemahan-kelemahan dan kemampuan peserta didik.
5)      Bahan pertimbangan bagi perubahan atau perbaikan kurikulum.
6)      Mengetahui status akademis seseorang murid dalam kelompok.
7)      Mengetahui efesiensi metode mengajar yang digunakan.
8)      Memberikan laporan kepada murid dan orang tua.
9)        Sebagai alat motivasi belajar mengajar.
10)    Mengetahui efektifitas cara belajar dan mengajar, apakah yang telah dilakukan oleh guru benar-benar tepat atau tidak baik yang berkenaan dengan sikap guru maupun sikap murid.
Merupakan bahan feed back (umpan balik) bagi murid, guru dan program pengajaran. Evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang didapat setelah melakukan kegiatan belajar mengajar, serta mengetahui keberhasilan tujuan yang telah direncanakan seperti pendapat Hakim (2009:163) yang menyatakan bahwa evaluasi belajar merupakan unsur kegiatan penting dalam proses pembelajaran, karena melalui evaluasi dapat diketahui apakah tujuan yang direncanakan atau perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat tercapai atau tidak, serta mengetahui seberapa jauh keberhasilan belajar tersebut dapat tercapai. Evaluasi keberhasilan belajar yang dicapai melalui proses pembelajaran sepatutnya menjangkau berbagai segi, karena keberhasilan yang sepatutnya dicapai mencakup segi pengalaman belajar.

Sabtu, 10 November 2018

Judul Skripsi Penjas Terbaru

Penerapan Media Visual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Gerak Dasar Manipulatif Melempar dan Menangkap Bola pada Siswa Kelas IV SDLB-B SLB YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan mempunyai fungsi dan pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan dan perkmbangan manusia, khususnya pada aspek perkembangan gerak. Menurut Nixon dan Jewett (1983:27) Pendidikan jasmani adalah satu aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang suka rela dan berguna serta berhubungan langsung dengan respons mental, emosional dan sosial.
       Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik (gerak dasar), pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai seperti sikap, mental, emosional, sportivitas, spiritual, sosial, serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. 
     Kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani tidak hanya diperuntukkan bagi anak normal, tetapi anak yang berkebutuhan khusus juga membutuhkan kegiatan olahraga. Namun masih banyak masyaratakat menganggap bahwa kecacatan dipandang secara negatif. Anak yang berkebutuhan khusus dianggap tidak mampu melakukan kegiatan apa-apa termasuk olahraga. Hal ini sering dijumpai dalam pembelajaran pendidikan jasmani, anak yang membutuhkan pelayanan khusus sering tidak diikutsertakan dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan asmani. 
Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu pelajaran yang berfungsi untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus agar tidak merasa rendah diri an terisolasi dari lingkungannya. Kepada peserta didik diberikan kesempatan ntuk melakukan aktivitas jasmani melalui berbagai macam kegiatan olahraga dan permainan. Pemberian kesempatan tersebut merupakan pengakuan bahwa mereka emiliki hak dan kewajiban yang sama seperti anak-anak normal. Di sisi lain, elalui pendidikan jasmani adaptif dapat dijadikan salah satu sarana untuk embantu perkembangan dan pertumbuhan anak. Hal ini karena, pendidikan asmani adaptif merupakan pelajaran yang mengutamakan aktivitas fisik, embentukan gerak dasar, pertumbuhan dan pengembangan jasmani dan rokhani, osial, emosional yang serasi, selaras dan seimbang. Sebagai alat pendidikan, endidikan jasmani adaptif bukan hanya rtujuan untuk mengembangkan emampuan jasmani siswa, tetapi melalui aktivitas jasmani dikembangkan pula otensi lainnya, seperti kognitif, afektif dan psikomotor anak. ola gerak dasar adalah bentuk gerakan-gerakan sederhana yang bisa dibagi ke dalam tiga bentuk gerak yaitu gerak lokomotor (gerakan berpindah tempat), gerak non-lokomotor (gerakan tidak berpindah tempat), dan gerak anipulatif. Gerak manipulatif merupakan gerak di mana ada sesuatu yang igerakkan, di sebut manipulatif karena pada keterampilan ini anak-anak harus erhubungan dengan benda di luar dirinya yang harus dimanipulasi sedemikian upa sehingga terbentuk satu keterampilan. Keterampilan-keterampilan tersebut isa melempar, menendang, menangkap, menghentikan bola dan lain sebagaainya, ang merupakan dasar dari banyak jenis olahraga. Gerak manipulatif memegang eranan penting dalam proses tumbuh kembang anak, dan berguna bagi engembangan gerak motorik anak. agi anak berkebutuhan khusus penguasaan gerak dasar manipulatif ersebut masih dianggap sulit untuk dikembangkan. Khususnya bagi anak unarungu karena hambatan mendengar yang dimiliki anak tunarungu enyebabkan mereka memiliki keterbatasan dalam memahami ucapan orang lain aat berkomunikasi begitu juga dalam proses pembelajaran, anak tunarungu erkadang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru maupun teman kelas. Kelemahan mereka terletak pada indra pendengaran ehingga proses belajar mengajar menjadi tidak dapat masksimal untuk ilaksanakan. Media visual yang peneliti buat tujuannya untuk memudahkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:Apakah penerapan media visual dapat meningkatkan hasil belajar gerak dasar manipulatif melempar dan menangkap bola pasa siswa kelas IV SDLB tahun Ajaran 2015 /2016?


Judul Skripsi Teknik Mesin

Studi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dengan Menggunakan Sistem Oscillating Water Column di Perairan Pulau Bawean Kabupaten Gresik


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

     Merujuk pada UU Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, yang mengamanatkan bahwa dalam rangka mendukung pembangunan nasional secara berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan energi nasional, maka pengelolaan energi ditujukan untuk tercapainya kemandirian pengelolaan energi, terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu, dan berkelanjutan, serta termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor dan tercapainya peningkatan akses energi kepada masyarakat yang tidak mampu atau yang tinggal di daerah terpencil. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, pengembangan wilayah, dan pembangunan dari tahun ke tahun, kebutuhan akan pemenuhan energi listrik nasional pun semakin besar. Krisis energi adalah suatu permasalahan yang sedang hangat diperbincangkan oleh khalayak umum pada saat ini. 
      Dimana sumber energi utama yang telah digunakan, yakni sumber energi bahan bakar fosil yang ketersediaannya semakin menipis dari waktu ke waktu. Indonesia memiliki potensi akan berbagai sumber energi terbarukan yang sampai saat ini masih kurang bisa dimanfaatkan secara optimal. Indonesia memiliki jumlah pulau mencapai 17.480 buah dan merupakan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang nomer 4 di dunia, yaitu lebih dari 95.181 kilometer. Dengan adanya garis pantai ini, menjadi salah satu potensi bagi Indonesia untuk mengembangkan energi gelombang laut. Hal ini sangat disayangkan mengingat sumber energi tersebut sangat melimpah dan tak terbatas masih sedikit untuk dimanfaatkan. Dari jumlah pulau yang ribuan tersebut masih banyak pulau – pulau terpencil (remote area) yang belum teraliri oleh listrik karena sulitnya mendapat jaringan listrik nasional dari PLN. Karena akses kepada jaringan PLN belum ada ataupun masih sangat terbatas. Solusi Energi Terbarukan menjadi jawaban terhadap permintaan kebutuhan pembangunan desa di pulau terpencil di Indonesia.  Pada dasarnya prinsip kerja teknologi yang mengkonversi energi gelombang laut menjadi energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin dan menggerakkan generator. Karena itu sangat penting memilih lokasi yang memiliki suber energi gelombang laut yang melimpah. 
            Meskipun penelitian untuk mendapatkan teknologi yang optimal dalam mengkonversi energi gelombang laut masih terus dilakukan. Saat ini, ada beberapa alternatif teknologi yang dapat dipilih, diantaranya Oyster Wave Energy Converter, Sistem Pelamis Wave Energy Converter, Permanent Magnet Linear Buoy dan Oscillating Water Column (OWC). Salah satu alternatif teknologi tersebut adalah menggunakan sistem kolom air berosilasi atau biasa disebut Oscillating Water Column (OWC), dikarenakan penempatan alat ini mudah, bisa diletakkan di pinggir pantai (shoreline) dan tidak memerlukan biaya mahal untuk instalasi kabel bawah laut karena letaknya yang di pinggir pantai. Untuk Indonesia sendiri sudah ada beberapa penelitian mengenai teknologi Oscillating Water Column tersebut, baik dalam skala laboratorium, segi permodelan software ataupun studi potensi di beberapa wilayah. Soemarwanto, dkk (2013) melakukan studi potensi pembangkit listrik tenaga gelombang laut tipe Oscillating Water Column di Perairan Pulau Sempu Kabupaten Malang dengan beberapa variasi lebar kolom (3x4 meter ; 6 meter ; dan 8 meter) menggunakan percobaan model dengan bantuan software AutoCAD dan Ansys CFD. Utami (2010) melakukan studi potensi pembangkit listrik tenaga gelombang laut dengan menggunakan sistem Oscillating Water Column di tiga puluh wilayah kelautan Indonesia. Wijaya (2010) melakukan penelitian tentang potensi energi gelombang laut menggunakan teknologi Oscillating Water Column di Perairan Pulau Bali. Lebar chamber OWC yang digunakan sebesar 35 meter dan panjang 18 meter, sesuai standar EPRI (Electric Power Research Institute) Australia. Sedangkan Kusuma, dkk (2014) melakukan penelitian mengenai perancangan prototype pembangkit listrik tenaga gelombang laut tipe Oscillating Water Column di Pantai Bandealit Jember.                     Prototipe OWC dibuat dengan perbandingan skala 1 : 4 dengan dimensi prototipe panjang, lebar dan tinggi masing – masing 1 meter. Berdasarkan latar belakang tersebut masih perlunya dilakukan penelitian mengenai studi potensi dan analisa kelayakan ekonomis pembangkit listrik dengan menggunakan sistem Oscillating Water Column di Perairan Pulau Bawean Kabupaten Gresik. Pulau Bawean adalah sebuah pulau yang terletak di Laut Jawa, sekitar 80 Mil atau 120 kilometer sebelah utara Kabupaten Gresik. Pola ketinggian gelombang laut yang terjadi di kawasan ini tergolong cukup besar, hal ini dikarenakan laut yang ada di kawasan ini berhadapan langsung dengan laut lepas (Laut Jawa). Oleh karena itu, laut di kawasan ini sangat potensial untuk dikembangkan pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL). Spesifikasi prototipe Oscillating Water Column yang digunakan dalam penelitian ini yang
telah diaplikasikan di Pantai Parang Racuk, Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah
        Bagaimana studi potensi energi gelombang laut dengan menggunakan sistem Oscillating Water Column mampu memberikan solusi pengoptimalan energi listrik yang dihasilkan di Perairan Pulau Bawean, Kabupaten Gresik.